By Admin, 13 Mei 2025
Seniman muda Indonesia, Miranda Pranoto, akan menggelar pameran tunggal perdananya bertajuk "Intimacy Issues" di Paris, Prancis, pada 5-11 Juni 2025. Tidak hanya menjadi debut penting dalam kariernya, pameran ini juga menjadi ruang keberanian untuk menyuarakan isu perempuan yang selama ini kerap dibungkam: sensor tubuh, trauma, hingga pergulatan identitas diri.
Melalui 15 lukisan otobiografis, Miranda membuka lembaran pribadi, menceritakan pengalaman tentang gangguan makan, dismorfia tubuh, kekerasan, relasi, hingga menjadi korban deepfake. Ia tidak bersembunyi di balik kanvas, justru memilih tampil telanjang secara emosional menjadikan karya seninya sebagai perlawanan dan penyembuhan.
(Sumber : Instagram @mirandapranoto)
Lukisan-lukisan dalam "Intimacy Issues" bukan sekadar karya visual. Mereka adalah potret keintiman yang selama ini dianggap tabu, seperti nyeri haid, luka batin, dan trauma tubuh, yang kini diangkat ke permukaan dengan keberanian penuh. Salah satu karya awal dalam seri ini, lukisan kaus kaki berbulu, menjadi simbol awal dari perjalanan panjang penyembuhan Miranda.
"Banyak dari subjek lukisan saya berhubungan dengan penyensoran tubuh perempuan dan menumbangkan kontrol. Saya berharap audiens di mana pun dapat melihat seberapa jauh kita harus melangkah agar semua tubuh dapat merasa bebas, dihormati, dan setara," ujar Miranda.
Dari Pelarian Menjadi Suara
(Sumber : Instagram @mirandapranoto)
Bagi Miranda, melukis bukan sekadar aktivitas artistik ini adalah jurnal harian, terapi batin, dan teman dalam kesepian. Kini, melalui pameran ini, karya-karyanya menjelma menjadi suara, bukan hanya untuk dirinya, tapi juga bagi perempuan lain yang pernah merasa sunyi dan terbungkam.
Dengan gaya yang ekspresif, menggabungkan figurasi dan abstraksi, Miranda menantang estetika konvensional dan menghadirkan kebebasan gestural. Setiap sapuan kuas adalah narasi tentang tubuh yang pernah dikekang, dan kini menuntut haknya untuk dipandang dengan hormat, bukan dengan stigma.
MINERVA dan Panggung Perempuan Asia Tenggara
(Sumber : @minerva.association)
"Intimacy Issues" dikuratori oleh Francesca Rozzi dan dipersembahkan oleh asosiasi seni MINERVA bersama Galerie Le Petite Semaine, Paris. Ini menjadi langkah perdana MINERVA mengangkat suara seniman dari Asia Tenggara menandai tekad mereka dalam memberi ruang bagi representasi perempuan yang lebih inklusif dalam seni rupa kontemporer global.
"Berdiri langsung di depan karya seni tidak akan pernah sama dengan melihatnya di layar," kata Miranda. Ia percaya, kehadiran fisik di depan lukisan menghadirkan emosi yang tak tergantikan dan itulah mengapa pameran ini menjadi penting: sebagai bentuk koneksi, pengakuan, dan keberanian untuk hadir sepenuhnya.
Estafet Baru dari Indonesia untuk Dunia
Nama-nama seperti Arahmaiani dan Titarubi telah lebih dulu mewarnai panggung seni global. Kini, giliran Miranda Pranoto mengambil estafet itu, membawa kisah perempuan Indonesia yang jujur, mentah, dan mendalam ke jantung Eropa. "Melukis awalnya adalah pelarian. Kini, karya saya menjadi suara. Saya merasa sangat terhormat bisa membagikannya secara langsung di Paris," tutup Miranda, perempuan kelahiran 1999 yang menjadikan seni sebagai jalan pulang menuju keutuhan dirinya.