By Admin, 17 April 2025
Di tengah arus globalisasi yang kian deras, ada sekelompok perempuan Indonesia yang memilih untuk melawan lupa. Mereka tak hanya mengenakan kebaya sebagai simbol budaya, tetapi juga menjadikannya gerakan. Mereka adalah Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) sebuah komunitas yang tak hanya merawat tradisi, tapi juga memperjuangkannya hingga ke panggung dunia.
Dari Gerakan Kecil Menjadi Komunitas Nasional
Lahir pada tahun 2014, komunitas ini digagas oleh sejumlah perempuan, sebagian besar berlatar belakang jurnalisme, yang gelisah melihat kebaya makin jarang dikenakan, terutama oleh generasi muda. Melalui gerakan sederhana bertajuk Selasa Berkebaya, mereka mengajak perempuan Indonesia untuk mengenakan kebaya setiap hari Selasa sebagai bentuk penghormatan pada warisan budaya dan upaya membiasakan diri mencintai kebaya sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
Lambat laun, gerakan ini tumbuh. Dari sekadar unggahan di media sosial, berubah menjadi komunitas solid yang rutin mengadakan parade kebaya, diskusi budaya, hingga edukasi di kampus dan sekolah. Nama komunitas ini pun terus dikenal luas: Perempuan Berkebaya Indonesia.
Misi Besar: Kebaya sebagai Warisan Budaya Dunia
(sumber : voaindonesia.com)
Tak berhenti di situ, PBI kini mengusung misi besar: mendorong pengakuan kebaya sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia oleh UNESCO. Mereka ingin dunia mengenal kebaya seperti halnya mengenal kimono dari Jepang, sari dari India, atau hanbok dari Korea.
Salah satu pendiri komunitas, Rahmi Hidayati, menegaskan bahwa kebaya adalah identitas. “Kalau kita enggak jaga budaya sendiri, kita bisa ‘tenggelam’ oleh tsunami budaya asing. Kita punya sesuatu yang bagus, tari, kain, kebaya, tapi kalau kita tidak peduli, siapa lagi yang akan melestarikan?” katanya dalam acara “Rumpi Kebaya Bersama Ibu Iriana Jokowi” di Jakarta. Komunitas ini bahkan memperjuangkan penetapan Hari Berkebaya Nasional sebagai bentuk pengakuan negara terhadap pentingnya pelestarian busana tradisional perempuan Indonesia.
Menyatukan Tradisi dan Perempuan Masa Kini
(sumber : instagram @perempuan.berkebaya.indonesia)
Salah satu kekuatan utama komunitas ini adalah keberhasilannya menjembatani generasi. Mereka tidak menempatkan kebaya sebagai busana yang kaku dan hanya pantas dipakai dalam acara formal, melainkan sebagai bagian dari gaya hidup yang bisa disesuaikan dengan karakter setiap perempuan.
Lewat sosial media, PBI aktif berkampanye agar kebaya kembali relevan. Mereka menggandeng influencer, desainer muda, komunitas kreatif, hingga pekerja seni untuk memperlihatkan kebaya dalam beragam gaya dan interpretasi. Hasilnya? Semakin banyak anak muda yang bangga mengenakan kebaya, baik dalam kegiatan keseharian, konten kreatif, maupun saat berkegiatan di ruang publik.
Aktivis perempuan Yenny Wahid bahkan menyebut gerakan ini bukan sekadar pelestarian budaya, tetapi juga bentuk perlawanan terhadap narasi patriarki yang kadang melekat pada pakaian tradisional. "Kebaya bisa menjadi simbol kekuatan dan kemandirian perempuan. Ini adalah jati diri bangsa," tegasnya.
Gerakan ini tidak hanya berhenti di dalam negeri. Cabang komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia juga tumbuh di luar negeri, termasuk di Eropa. Mereka aktif menggelar pameran budaya, parade berkebaya, dan diskusi publik di berbagai kota besar dunia, sebuah bentuk diplomasi budaya yang memperkenalkan Indonesia melalui estetika dan filosofi busananya.
Dukungan pun datang dari pemerintah. Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, menyatakan bahwa pemerintah akan terus memfasilitasi gerakan komunitas seperti PBI agar bisa menjangkau ruang-ruang kebudayaan global. Pemerintah bertindak sebagai fasilitator, bukan pengendali namun memberi ruang dan akses agar gerakan ini tumbuh dari bawah.
Lebih dari Busana: Sebuah Perjuangan Budaya
Apa yang dilakukan oleh komunitas ini bukan sekadar tentang melestarikan busana, tapi tentang merawat nilai, jati diri, dan kebanggaan sebagai perempuan Indonesia. Mereka menunjukkan bahwa tradisi bukanlah beban masa lalu, melainkan bekal untuk menghadapi masa depan dengan lebih percaya diri.
Perempuan Berkebaya Indonesia menjadi bukti bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil, dari satu hari dalam seminggu mengenakan kebaya, menjadi gerakan kolektif yang mampu menggugah kesadaran nasional, bahkan dunia.
Dan siapa tahu, suatu hari nanti, ketika dunia menyebut "kebaya," semua orang akan tahu: itu adalah warisan Indonesia, dijaga dan diperjuangkan oleh para perempuan yang tak pernah berhenti mencintai budayanya.